Mungkin salah jika kita menafsirkan bahwa kesibukan adalah
penghambat segalanya, kesibukkan adalah konsekuensi yang diambil dari suatu
pilihan. Bertahan pada pilihan itu lah yang palinhg sulit dilakukan. Hari ini, hal yang
memperkuat kondisi itu terjadi. Jika kaki yang mampu melangkah dalam mengarungi
deras arus laut pasti akan mengalami hambatan yang dapat mengubah arah.
Berbicara
mengenai kaki yang melangkah, pernakah terlintas dibenak bahwa hal serupa
terjadi dengan perubahan kebiasaan. Kebiasaan yang berubah karena diterpa badai
kesibukkan.
Aku menulis bukan untuk mengungkapkan ke sok-tahuan, tapi
berusaha mengungkapkan pikiran yang terus terlintas dalam hati ketika otak
tidak mampu menafsirkan arti dan maksud dari sebuah pikiran itu.
Bukan sebuah robot yang hanya mengerjakan satu prilaku,
bukan juga sebuah siklus yang terus bekerja secara kesinambungan. Tapi apa yang
seharusnya menjadi suatu “Behavior”
tentu akan berusaha menjadikannya siklus dan suatu hal yang seharusnya menjadi “habit”
tentu akan menjadi robot yang mengerjakan prilaku itu.
Hari ini aku meninggalkan kebiasaan itu karena kesibukkan. Hal
yang seharusnya tidak menjadi alasan bahkan di bincangkan sekalipun tak pantas
kini hanyalah satu-satu nya alasan yang memperkuat kondisi itu. Teruntuk jiwa
yang terlupakan, jiwa yang seharusnya tidak ditinggalkan kini telah disapu
badai-badai perubahan waktu. Aku merindukan jiwa yang selalu bersama dengan
suka dan canda tawa terpancar indah bagaikan berlian terang di malam hari.
Merindukan sesuatu hal yang mampu mengubah diri ini menjadi dekat dan dekat
bahkan dekat lagi.
Tak mampu kuasa aku untuk mengungkapkan banyak pikiran hati
di malam syahdu ini, malam yang penuh pembelajaran dari hari-hari panjang dengan kaki yang melangkah. Terkadang aku
berfikir bahwa moment mampu mengubah
segalanya, mampu membuka apa yang tak terlihat, dan mampu mengetahui apa yang
belum keluar. Jiwa itulah yang aku dapatkan dari moment malam ini. Hal yang
sulit diungkapkan tapi mudah dirasakan.
Banyak hal yang dilakukan, banyak hal yang ditinggalkan, banyak
hal pula yang telah terlupakan. Bersama para pasukan aku berharap selalu
bersama jiwa-jiwa itu walau terkadang kondisi kesibukan inilah permasalahan
utama. Pasukan yang selalu bersama bukan untuk kesenangan semata tapi pasukan
yang siap ada walau berada di tengah padang pasir.
Coretan kenangan yang terlupakan oleh Syardianto 03/11/14. 23.41`.
Pelesiran no.19
0 komentar:
Posting Komentar